Sedari kecil saya sudah menggemari musik. Bahakan sebelum
saya mengerti musik, Ayah saya sering memutar lagu-lagu tradisional sepeti keroncong
dan music etnik Jawa. Padahal kami asli dari Sunda :) Saya tumbuh dan
dibesarkan dalam lingkungan yang menyenangi music. Walaupun di antara keluarga
saya tidak ada yang menjadi musisi atau sejenisnya, tapi kami sangat menikmati
hampir segala jenis music.
Waktu umur tiga tahunan, saya didaftarkan ke TK menyanyi
yang merupakan salah satu stasion radio di Bandung, RRI. Saya memang senang
menyanyi dari dulu, dan itu berlanjut hingga sekarang. Tapi selama ini saya
mengalami perkembangan dan transformasi genre music yang saya minati. Sejak
SMP, saya justru menggandrungi music underground. Dan kerennya, orang tua saya
tak pernah mempermasalahkan :) . Memang, sih, sebelumnya Ayah sempat rada
menentang dengan hobi saya. Tapi akhirnya beliau mengerti.
Sebenarnya saya juga menyenangi lagu pop, tapi yang jalurnya
indie. Entah mengapa, saya lebih respect pada band-band indie dibandingkan
band-band yang menjamur di permukaan dan mengejar pasar. Band-band indie itu
memiliki idealisme tinggi dalam bermusik. Mereka berkarya sesuai kata hati dan
kepuasan mereka. Bahkan jika ditelusuri lebih lanjut, mereka lebih banyak
mengukir prestasi dibanding kontroversi :D
Setelah saya besar, saya masih menggandrungi music indie,
baik yang cadas maupun yang pop. Saya dan kalian tahu, sampai detik ini dunia
music tanah air masih didominasi oleh band-band yang notabenenya mengejar pasar
dan popularitas. Sah-sah saja, sih. Sementara band-band yang mengambil jalur
indie biasanya hanya santer di kalangan tertentu saja. Begitupun yang terjadi
di tempat saya bekerja sekarang.
Di sini, rekan-rekan saya juga banyak yang menyukai music.
Ya, kita tahu bahwa hampir semua orang pasti menyukai music. Tua muda, pria
wanita, kaya miskin.. tanpa music akan terasa hampa. (aciyeee :p). Tapi di
sini, rekan-rekan kerja saya cenderung menyukai music yang (menurut saya)
mainstream. Saat mereka tahu saya menyukai lagu-lagu indie dibandingkan lagu
yang belakangan lagi ngetrend, mereka justru menganggap saya aneh.
Bagi mereka, saya sebagai orang Bandung seharusnya lebih up
to date mengenai lagu-lagu yang sedang hits. Karena di Bandung banyak sekali
musisi yang ngetop juga handal. Tapi mereka juga mengaku maklum, karena di
Bandung komunitas indienya banyak dibandingkan di sana (Bekasi).
Lalu bagaimana pandangan mereka terhadap music indie?
Ternyata, selain menganggap saya aneh, mereka juga ada yang
bilang anak indie itu alay. Entah atas dasar apa, mungkin bercanda atau apa.
Hehe. Pendapat mereka mengenai music underground? Gak usah tanya, saya juga
malas bertanya itu pada mereka. Pandangan mereka terhadap music indie yang tak
cadas pun sudah minor, apalagi underground?! :D
Oh ya, salah satu rekan kerja senior saya di sana ada yang
mengoleksi banyak lagu yang bagus. Ada yang hits jadul, banyak pula yang sedang
ngetrend. Saat dia bertanya pada saya, “Kamu tau lagu-lagu Glee gak, Bel?”,
saya jawab “Glee? Siapa itu?” , dan dia hanya mengernyitkan kening sambil
tersenyum heran.
Sebenarnya saya pernah beberapa kali membaca nama “Glee” di
layar kaca saat seorang kakak kelas memutar DVD lagu-lagu berbahasa Inggris.
Rupanya si Glee itu memang sudah terkenal, ya. Dasar saja saya yang kurang gaul.
Hahaha.
Di lain kesempatan, rekan saya itu kembali membahas Glee.
Ternyata Glee itu semacam serial film drama musical. Saya yang memang tidak
begitu suka menonton, pada akhirnya tak menjadi heran kalau tidak tahu mengenai
keberadaan si Glee itu. Para pemain dalam serial itu merupakan orang-orang yang
lolos casting audisi untuk mengisi film tersebut. Akan tetapi, banyak pula
artis lain yang sudah tenar ikut berpartisipasi dalam film itu, misalnya
Britney Spears. Dalam drama musical itu, para pengisi acara banyak yang merecycle hits-hits penyanyi/band papan
atas dunia dengan aransmen berbeda.
“Kalau suka music, harusnya tahu Glee”, ujar rekan kerja
saya itu.
Saya tersenyum simpul mendengar pernyataannya. Saya tak mau
kalau harus berdebat hanya karena opininya itu. Lantas, adakah standar untuk
mengetahui seseorang itu layak disebut pecinta music? Bukankah music itu
universal? Bagaimana dengan orang-orang yang sepanjang hidupnya bergelut dengan
music tradisional, tanpa pernah tersentuh oleh lantunan music Barat misalnya;
apakah mereka juga tidak layak disebut penggemar music? Mereka bahkan lebih
dari penyuka, melainkan orang-orang yang mencipta karya.
Sementara mereka yang lebih menggandrungi music mainstream
justru memandang pelaku music di jalur indie dengan sebelah mata. Tak mampu
merasakan apa yang kami rasakan. Hanya menilai kesuksesan berdasarkan
ketenaran. Memandang kualitas hanya dari segi kuantitas.
#GoIndieGo