12/17/2014

The Survivor: ANAK KOST (part 1)



Salam Anak Kost!
Ada banyak alasan kenapa kita harus kost. Sekolah atau kerja di luar kota, atau masih di kota yang sama tapi jaraknya jauh banget dari rumah; pengen belajar mandiri; diusir dari rumah, dll. Kalau gue, alasan yang pertama.
Gue ngekost udah hampir dua tahun. Ini pengelaman baru, karena sebelumya gue bahkan gak pernah diijinin buat nginep-nginep di rumah temen. Sulit, sih. Biasa makan tinggal makan. Kalaupun harus masak, bahannya udah ada. Dan tempat gue masak adalah dapur sebagaimana tempat masak pada umumnya.
Tempat kost gue berupa sebuah ruangan berukuran kurang lebih 3x4 meter. Yang disekat oleh tembok untuk jadi pembatas kamar mandi dan dapur kecil (kalo mau). Ini bahkan lebih sempit dari kamar gue di rumah. Ya apa boleh buat, sebagai buruh pabrik gue harus mencari kost yang harganya cocok dengan pendapatan. Hehehe…
Pada awalnya, di kosan ini gak begitu banyak barang. Bisa karena gak kebeli, atau memang karena gak butuh. Cuma ada satu buah kasur ukuran single yang alasnya pake karpet, satu buah lemari, satu buah dispenser dan galonnya, tentu, dan satu buah rice cooker kecil. Paling itu yang rada memakan space. Alat kebersihan, cermin, dan aksesoris cewek lainnya bisa diatur lah, ya.
Banyak suka-duka sebagai anak kost. Misalnya masalah makan. Kadang kita bosen dengan menu warteg di sekitaran kost. Kalo lagi bosen gitu, ya junk food-lah yag dipilih. Sebagai cewek tulen, hasrat untuk memasak akan timbul dengan sendirinya. Tapi gimana, dong, satu-satunya peralatan masak yang gue punya ya hanyalah si rice cooker kecil. Huu. Tapi sebagai anak kost, kita musti survive! Ingat, itu! Apalagi kalo dompet udah menipis, hasrat itu makin besar. Dan gue makin percaya akan kebenaran dari pepatah “Tak Ada Rotan, Akar pun Jadi”.
Jadi, apa aja yang bias kita masak pake rice cooker?? Cekidot!
  1. Nasi (ya iya, atuh!)
  2. Mie instant
  3. Bubur
  4. Bubur kacang ijo
  5. Bubur jagung manis
  6. Nasi goreng
  7. Roti bakar
  8. Pudding
  9. Spaghetti
  10. Sayur sop
  11. Ceker setan
  12. Cumi asam manis

Ya seenggaknya itu menu-menu yang udah gue cobain sendiri. Pasti ada kesulitan dibanding kita masak pake kompor gas, lah. Judulnya juga survivor, jangan kalah sama anak Pramuka! :D
Sebenernya akan lebih mudah kalo kalian punya ulekan untuk menghaluskan bumbu, tapi gue di sini cuma pake pisau untuk mengiris dan mememarkan bumbu, atau beli bumbu yang sudah dihaluskan. Oh ya, selama kalian gak percaya dengan kebersihan air yang kalian pake buat mandi, gue sarankan pake air galon buat masaknya. Dan dua lagi: selalu buka pintu kosan lebar-lebar, dan harus SABAAAAAR J
  1. NASI
Atulah masa harus aku kasih tau? Kalo punya rice cooker pasti bisa masak nasi! Deal? Ok.

  1. MIE INSTANT
Kayak masak mie di kompor aja, didihin dulu airnya. Terus kalo udah, masukin mie-nya. Tunggu sampe mateng.

  1. BUBUR
Ini tuh sama kayak kita bikin nasi, tapi airnya dibanyakin. Bangeetttt. Misalnya berasnya 1 cup, airnya setinggi telunjuk di atas permukaan beras. Kasih garam secukupnya. Harus sering dibuka dan diaduk-aduk kalo udah mulai mendidih, soalnya sering meletup-letup. Takutnya meleber keluar.
Tau darimana kalo buburnya udah jadi? Ya nanti keliatan lah, saat tekstur berasnya gak utuh lagi, mirip sama bubur yang biasa kita beli di Abang-abang penjual bubur. Atau terserah kalau mau agak kental ya ditunggu sebentar lagi. Kalau udah, pindahin tombol di rice cooker dari cook jadi WARM.

  1. BUBUR KACANG IJO
Ini pertama kalinya gue bikin bubur kacang ijo. Dan senaaaang karena enak J .
Gue mau share resepnya. Tapiiii berhubung gak pernah nakar seberapa banyak bahan tambahannya. Gue biasanya dikira-kira aja. Menggunakan perasaan adalah hal yang penting di sini. Hehe
Bahan:
·         750 gram biji kacang hijau
·         Satu ruas jahe
·         Gula pasir
·         Garam
·         Santan sachet isi 80 ml
·         Air matang
Cara Membuat:
·         Rendam kacang hijau semalaman!
·         Isi wadah pada rice cooker dengan air hingga 2/3 bagian, masukkan kacang hijau yang sudah direndam!
·         Nyalakan tombol COOK!
·         Ketika mendidih, sebaiknya rice cooker dibuka biar letupannya gak meleber keluar.
·         Tambahkan gula HANYA KETIKA KACANG SUDAH EMPUK/HANCUR! Gulanya sesuai selera. Kalau air agak menyusut, boleh ditambahkan lagi.
·         Tambahkan sejumput garam! Tujuannya untuk menguatkan rasa manis dari gula, biar gurih juga.
·         Masukkan jahe yang sudah diiris, boleh juga hanya dimemarkan!
·         Terakhir, tambahkan santan sachet sambil terus diaduk biar santannya gak pecah!
·         Kalau dirasa udah mantap, pindahkan tombol ke WARM, sambil masih diaduk-aduk 5 menitan!
Mudah, kan? Enak nih buat sore-sore. Atau buat sarapan pagi juga oke biar gak terlalu berat.

Hate to Say Goodbye.



Dec  5th, 2014

Ini adalah Jumat yang mendung. Langit tak cerah sejak pagi. Tapi bulir-bulir air yang keluar adalah dari mata kami…
Pagi tadi aku melihat Adhi menangis. Hal yang kukira mustahil untuk manusia seangkuh dia. Saat itu dia sedang berkeliling menyalami satu persatu dari kami yang sudah terlebih dulu menangis. Ini adalah Jumatnya yang terakhir di sini. Setelah lima tahun bekerja di sini, pilihannya tak lagi tetap tinggal.
Semua orang berhak memilih. Tak terkecuali dia.
Ditinggalkan menjadi hal biasa akhir-akhir ini. Banyak wajah asing yang datang sebagai pengganti. Tapi kita, semuanya, tahu. Tak pernah ada yang bisa menggantikan sama persis dengan siapapun mereka yang pergi. Bisa jadi lebih baik, atau tak jarang malah mengecewakan.
Aku sudah banyak merasa sedih karena ditinggal. Saat lulus sekolah, satu sama lain dari kami yang tadinya utuh terhambur seperti butiran tasbih yang lepas dari benangnya. Meskipun sebenarnya kami tidak benar-benar terpisah, tapi jarak menjadi begitu terasa artinya setelah itu.
Mungkin kalau di sini perumpamaanya lain. Karena tidak semua orang pergi secara bersamaan. Dan itulah. Saat kita terbiasa berlima, lalu berkurang satu. Akan terasa pincangnya. Akan terasa kurangnya. Aku tak tahu harus menggunakan perumpamaan yang bagaimana. Aku harap kalian mengerti rasanya.
Saat salah satu dari mereka yang bahkan tak begitu dekat denganku pergi, bahkan aku terkadang merindukannya. Saat tertawa di meja makan, di ruang karaoke, di tempat kami pernah hangout… aku bahkan tak pernah tahu jawaban untuk pertnyaanku yang ini: Jika aku yang pergi, akankah meninggalkan perasaan seperti ini pada mereka yang kutinggalkan? Cukup baikkah aku untuk pantas dirindukan? Atau mereka akan mengingatku sebagai Nabilla yang buruk perangainya, sehingga sepeninggalku mereka senang. Dan justru itulah yang mereka rindukan?
Mungkin ini Jumat terpahit selama hidupku di tempat kerja. Ketika orang yang selama ini ada ‘di belakangku’ pergi, aku tak tahu akan seperti apa nantinya. Karena kukira, aku masih ada di sini hingga sekarang pun karena ada dia.
Aku tak tahu, perpisahan seperti bagaimana yang lebih menyakitkan: dengan atau tanpa ancang-ancang? Kabar dia akan pergi sudah kudengar jauh-jauh hari sebelum hari ini tiba. Harusnya aku –dan semuanya- siap. Tapi ternyata kami tidak.
Lalu bagaimana dengan kepergian yang tak terencanakan? Yang tanpa pemberitahuan? Ditinggal meninggal, atau diputus pacar?
Dalam hidup ini, ditinggalkan atau meninggalkan pasti akan menjadi hal yang ambil bagian. Meskipun pasti, tapi rasanya akan tetap sulit untuk menyiapkan diri..