6/02/2013

Indie di mata Anda


Sedari kecil saya sudah menggemari musik. Bahakan sebelum saya mengerti musik, Ayah saya sering memutar lagu-lagu tradisional sepeti keroncong dan music etnik Jawa. Padahal kami asli dari Sunda :) Saya tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang menyenangi music. Walaupun di antara keluarga saya tidak ada yang menjadi musisi atau sejenisnya, tapi kami sangat menikmati hampir segala jenis music.
Waktu umur tiga tahunan, saya didaftarkan ke TK menyanyi yang merupakan salah satu stasion radio di Bandung, RRI. Saya memang senang menyanyi dari dulu, dan itu berlanjut hingga sekarang. Tapi selama ini saya mengalami perkembangan dan transformasi genre music yang saya minati. Sejak SMP, saya justru menggandrungi music underground. Dan kerennya, orang tua saya tak pernah mempermasalahkan :) . Memang, sih, sebelumnya Ayah sempat rada menentang dengan hobi saya. Tapi akhirnya beliau mengerti.
Sebenarnya saya juga menyenangi lagu pop, tapi yang jalurnya indie. Entah mengapa, saya lebih respect pada band-band indie dibandingkan band-band yang menjamur di permukaan dan mengejar pasar. Band-band indie itu memiliki idealisme tinggi dalam bermusik. Mereka berkarya sesuai kata hati dan kepuasan mereka. Bahkan jika ditelusuri lebih lanjut, mereka lebih banyak mengukir prestasi dibanding kontroversi :D
Setelah saya besar, saya masih menggandrungi music indie, baik yang cadas maupun yang pop. Saya dan kalian tahu, sampai detik ini dunia music tanah air masih didominasi oleh band-band yang notabenenya mengejar pasar dan popularitas. Sah-sah saja, sih. Sementara band-band yang mengambil jalur indie biasanya hanya santer di kalangan tertentu saja. Begitupun yang terjadi di tempat saya bekerja sekarang.
Di sini, rekan-rekan saya juga banyak yang menyukai music. Ya, kita tahu bahwa hampir semua orang pasti menyukai music. Tua muda, pria wanita, kaya miskin.. tanpa music akan terasa hampa. (aciyeee :p). Tapi di sini, rekan-rekan kerja saya cenderung menyukai music yang (menurut saya) mainstream. Saat mereka tahu saya menyukai lagu-lagu indie dibandingkan lagu yang belakangan lagi ngetrend, mereka justru menganggap saya aneh.
Bagi mereka, saya sebagai orang Bandung seharusnya lebih up to date mengenai lagu-lagu yang sedang hits. Karena di Bandung banyak sekali musisi yang ngetop juga handal. Tapi mereka juga mengaku maklum, karena di Bandung komunitas indienya banyak dibandingkan di sana (Bekasi).
Lalu bagaimana pandangan mereka terhadap music indie?
Ternyata, selain menganggap saya aneh, mereka juga ada yang bilang anak indie itu alay. Entah atas dasar apa, mungkin bercanda atau apa. Hehe. Pendapat mereka mengenai music underground? Gak usah tanya, saya juga malas bertanya itu pada mereka. Pandangan mereka terhadap music indie yang tak cadas pun sudah minor, apalagi underground?! :D
Oh ya, salah satu rekan kerja senior saya di sana ada yang mengoleksi banyak lagu yang bagus. Ada yang hits jadul, banyak pula yang sedang ngetrend. Saat dia bertanya pada saya, “Kamu tau lagu-lagu Glee gak, Bel?”, saya jawab “Glee? Siapa itu?” , dan dia hanya mengernyitkan kening sambil tersenyum heran.
Sebenarnya saya pernah beberapa kali membaca nama “Glee” di layar kaca saat seorang kakak kelas memutar DVD lagu-lagu berbahasa Inggris. Rupanya si Glee itu memang sudah terkenal, ya. Dasar saja saya yang kurang gaul. Hahaha.
Di lain kesempatan, rekan saya itu kembali membahas Glee. Ternyata Glee itu semacam serial film drama musical. Saya yang memang tidak begitu suka menonton, pada akhirnya tak menjadi heran kalau tidak tahu mengenai keberadaan si Glee itu. Para pemain dalam serial itu merupakan orang-orang yang lolos casting audisi untuk mengisi film tersebut. Akan tetapi, banyak pula artis lain yang sudah tenar ikut berpartisipasi dalam film itu, misalnya Britney Spears. Dalam drama musical itu, para pengisi acara banyak yang merecycle hits-hits penyanyi/band papan atas dunia dengan aransmen berbeda.
“Kalau suka music, harusnya tahu Glee”, ujar rekan kerja saya itu.
Saya tersenyum simpul mendengar pernyataannya. Saya tak mau kalau harus berdebat hanya karena opininya itu. Lantas, adakah standar untuk mengetahui seseorang itu layak disebut pecinta music? Bukankah music itu universal? Bagaimana dengan orang-orang yang sepanjang hidupnya bergelut dengan music tradisional, tanpa pernah tersentuh oleh lantunan music Barat misalnya; apakah mereka juga tidak layak disebut penggemar music? Mereka bahkan lebih dari penyuka, melainkan orang-orang yang mencipta karya.
Sementara mereka yang lebih menggandrungi music mainstream justru memandang pelaku music di jalur indie dengan sebelah mata. Tak mampu merasakan apa yang kami rasakan. Hanya menilai kesuksesan berdasarkan ketenaran. Memandang kualitas hanya dari segi kuantitas.
#GoIndieGo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar