Hari-hari berlalu, guys. Dan kabar dari Kalbe belum juga
berembus. Waktu itu saya nginep di rumah Novi di GBA. Karena besoknya mau foto
kelas buat yearbook di Balkot pagi-pagi sekali. Kalo saya berangkat dari rumah,
udah pasti gak bisa tepat waktu. Udah mah gak ada yang nganterin. Maklum aja,
mbloo K
Yang nginep di rumah Novi banyakan ternyata. Makin sini,
kami sekelas jadi makin akrab. Walaupun sebelumya sempat beberapa kali ada
konflik internal, tapi itu gak pernah sampe berkepanjangan. Sempet ngerenung, sih.
Kenapa keakraban kita baru terjalin sekarang-sekarang; saat kita akan terbang
lepas memilih jalan kehidupan kita yang sebenarnya. Memang, sih, kedekatan yang
makin menjadi-jadi ini gak menghinggapi kita bertigapuluh. Tapi lihat, dua
tahun lalu waktu kita pertama kali duduk di ruangan dan waktu yang sama.
Wajah-wajah itu emang gak asing, wajah yang dua tahun belakangan kita lihat di
sekolah. Tapi pribadi kita satu sama lain seolah menolak untuk dekat, hanya
karena ego untuk mempertahankan teman-teman lama kita di kelas sebelas.
Tapi pada akhirnya kita tahu, Tuhan tidak pernah gagal
merencanakan. Betapa beruntungnya kita bertemu di kelas dua belas. Kalian juga
belum lupa dong, gimana paniknya kita saat ada kabar kalo kelas tiga belas
bakal dipecah lagi. Kenapa panik? Bukannya dulu kita sama-sama menolak buat
bersama? Tapi kita manusia yang punya rasa. Setelah setahun menjalani segala
proses bareng-bareng, kita jadi saling sayang satu sama lain. Kita juga lapang
nerima kekurangan teman-teman yang lain.
Kalau kita adalah butir-butir tasbih yang bernyawa, mungkin
sekarang kita tahu bahwa benang tipis yang menyambungkan jarak antara kita ini
bakal segera terlepas. Sebentar lagi kita akan berhamburan, mengikuti garis
nasib yang membawa kita pada takdir masing-masing.
Saya beruntung pernah
kenal, bahkan didekatkan dengan orang-orang seperti kalian. Kalian hebat bukan
karena semata-mata yang berprestasi. Tapi juga untuk yang tegar walaupun banyak
dihina, yang tiis walau banyak masalah, yang
kuat walau nilai udah di ujung tanduk, yang tabah walau tempat PKLnya bikin ngenes.
Kalian luar biasaaa :*
Saya sayang kalian,guys :*
Meskipun kita (katanya) alay, omongannya mesum melulu, pada
gak tau malu, tapi saya dan kalian yang lebih tahu bagaimana kita yang
sebenarnya. Ingat guys, siapapun yang
lebih dulu sukses, masing-masing dari kita punya andil dalam keberhasilan itu.
Semua cuma masalah waktu. Lagipula, tolok ukur suatu keberhasilan itu relatif.
Kerja di perusahaan impian; kuliah di universitas negeri; menyelesaikan buku
karangan; jadian sama gebetan; move on dari mantan; bisa bangun pagi; mutihin
kulit; ninggiin badan; solat tepat waktu; nurunin berat badan; kebeli hape
baru… bisa jadi buat sebagian orang, itu adalah salah satu dari
keberhasilannya. Yang susah payah diusahakan, dengan doa gak pernah putus. Tapi
tetap, ada orang lain yang (kita sadar atau enggak) ikut andil dalam
pencapaiannya itu.
Bersyukurlah kita
punya teman yang pribadinya bermacam-macam. Bersyukurlah kita pernah punya masalah.
Karena dari mereka, kita belajar. Kita
belajar sabar. Kita belajar menghargai.
Menghargai apapun; waktu, perasaan, kebersamaan, bahkan perpisahan.
Thanks guys. I’m glad to be part of you. I know that I still
can’t give the best for this class. I never gave a meaningful contribution for
all of you. At least, someday you’’ll remember that I’ve ever be your friend. I
love you :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar