9/25/2015

Rupa-rupa Warnanya

Kamis, 24 September kemarin gue ke Bogor. Start dari kosan gue di Cikarang. Sendirian lhooo ^^
Setelah bertanya, rutenya seperti ini: dari Cikarang naik elf 50 ke Bekasi Timur. Dilanjut naik bis jurusan ke Bogor sampai Terminal Baranang Siang. Karena pertama kalinya ke Bogor naik angkutan umum, bukan Nabilla namanya kalo gak bingung.
Setibanya di Bekasi Timur, banyak banget bis-bis yang akan berangkat ke berbagai tempat, khususnya Jakarta. Preman, calo, pedagang asongan, dan calon penumpang berjejal membuat pemandangan terkesan kumuh di bawah matahari menjelang siang.
"Ke mana, Neng?" tanya seorang calo berbadan tambun. Kulitnya gelap dengan wajah tak bersahabat. Caranya bertanya seperti ngajak gue berantem.
"Bogor, Bang." jawab gue cuek.
"Naik, naik!" dia menggiring gue ke bis yang paling depan.
Gue mengekor di belakangnya. Lalu gue melihat calo yang lain. Iseng gue bertanya, "Bogor, Bang?" tanya gue sembari nunjuk bis yang dimaksud Calo Pertama.
 "Enggak, Neng. Bukan yang itu," dia lalu menepuk pundak gue, nyuruh balik arah.
Calo Pertama nyolot ke Calo Kedua, "Eh t*i lu, ngapain so pahlawan?!"
"Ya kan dia mau ke Bogor. Ngapain lu suruh naik yang itu?"
 Mata si Calo Satu nyalang.
 Gue gak kalah berang, "Lu yang bener dong kalo ngasih tau!" teriak gue sambil berlalu.
"Halah padahal dia naik tuh kalo lu gak ngasih tau. Sok pahlawan, t*i lu!" teriaknya ke Calo Kedua. Mengalahkan bisingnya suara kendaraan yang lalu lalang.
Preman Kedua berlalu tak peduli. Lalu ngobrol dengan ibu-ibu penjual minuman di depan gue. Mereka berbahasa Batak, gue kira. Gue melempar senyum ke si Calo Kedua sambil sedikit mengangguk, sebagai bentuk respect ke dia.
Dia nyamperin. "Makasih tadi, Bang."
"Sama-sama, Neng. Hari gini orang nyari duit banyak yang begitu; gak jujur" katanya. Mukanya sangar. Perawakannya kurus dengan tattoo di lengan kanan. Di lehernya tergantung kalung salib.
"Iya. Bisa brabe kalo tadi saya naik. Haha."
Terus dia nanya mau ngapain ke Bogor. Nanya juga kelas berapa sekolahnya. Haha. Meskipun sangar, tapi nampak gak berbahaya atau kurang ajar. Barangkali dia preman yang masih takut dengan Tuhan. Hehe
Di kejauhan, bis menuju Bogor datang. "Sini, Neng. Yang ini," katanya.
Dan gue pun naik bis yang benar. Ke Bogor pun selamat dan senang. Haha. Makasih Abang Calo yang baik. Dari sini gue tau, gak semua orang yang kelihatannya buruk itu jahat. Malah banyak kok, yang keliatannya baik-baik, justru lebih jahat dibanding penjahat..

7 komentar:

  1. Well written... diantos cerita selanjutnya ya...😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks for visit, Kakak Guide yang baik ^^
      Okee :)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Ending lur, *teukaharti #pura-puraBego. hahahah
    Nice written (y) "don't judge book by it's Cover" Dunia adalah sayap kiri Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha naon atuh Mbee?
      Nuhunn, nuhun.

      Bebas, kau mau artikan dunia sebagai apa. :D

      Hapus
  4. dunia adalah tempat nyusutkeun korong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iso wae cah wedus iki. Haha
      *pinter kaaan ngmg jawanya

      Hapus