3/25/2013

17:03:13

Sebuah sore di dalam bis  yang akan mengantarkanku menuju Cikarang;
Hujan menemaniku di perjalanan. Dari tempat aku duduk, kulihat tetes-tetes air sebesar biji jagung menampar keras jendela. Memburamkan pepohonan yang berlari di kiri-kanan jalan.
Ini hari Minggu. Dengan ogah-ogahan, aku tetap harus berangkat. Betapa tidak, besok adalah hari pertamaku kerja. Yang menjadi  masalah, hari Selasa aku ada ujian di sekolahku di Bandung. Bisa dibayangkan, sepulang kerja besok, aku harus bertolak lagi ke Bandung. Rabunya masuk kerja lagi. Hahaha :(
Beginilah perjuangan anak yang sudah mendapatkan pekerjaan sebelum luolus SMK. Hahaha. Beruntung memang. Tapi juga tak mudah, mengingat aku masih memiliki urusan yang menyangkut kepentinganku dengan sekolah. Tapi aku bekerja begini secara ilegal, loh (baca: sepengetahuan sekolah).
Aku menulis ini di dalam bis. Sebenarnya aku tidak tahu mau menulis apa. Tidak ada yang menarik. Aku duduk di samping mas-mas yang sedang mendengarkan musik melalui headsetnya. Matanya lekat membaca aksara kecil-kecil yang berjejer pada sebah buku. Sekilas kulihat covernya tadi, itu buku Soe Hoek Gie.
Lalu kenapa aku menulis? Konyol banget buka-buka binder di tengah sepinya bis. Kenapa tak nanti saja menulis kalau sudah sampai? Mungkin hanya sedang kangen pada nulis. Atau terinspirasi si Addy Gembel. Setiap aku bosan, aku hampir selalu membuka blognya melalui ponsel. Dia banyak menceritakan perjalanan dalam tulisannya. Mengisahkan cerita harian, macam diary. Tapi bukan diary alay. You know what I mean, ya!
Tentu aku tahu, Addy Gembel tidak benar-benar menulis saat ia sedang dalam kereta atau bersepeda. Mungkin dia menulisnya setelah sampai ke rumah atau setelah beristirahat, aku tidak tahu. Tapi yang jelas, jika aku yang melakukannya, mungkin sesampainya di kosan aku malah jadi lupa atau malas karena capek. Hehe
Perjalanan seorang diri tentu mengundang sunyi. Meskipun kursi terisi penuh, tetap aku merasa sendirian. Tidak mungkin aku melakukan "diplomasi rokok" seperti si Addy. Pertama, ini bukan smooking area. Ke dua, aku tidak merokok!
Omong-omong, hujannya tambah besar. AC penumpang di belakangku justru mengarah ke kursiku. Sialan, dingin banget! Sementara cakrawala menggelap, hutan di kanan jalan tol mendadak mengerikan. Kabut turun mencium daun yang menggelayut pada dahan di pohonnya masing-masing. Jalanan licin dan rawan.
Di kiri kalan, kulihat senja hampir tiba. Ini tepat pukul 17.11. Jingga berpendar perlahan. Sesekali kilat nampak. Ah, perjalanan yang absurd...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar