3/07/2013

bulannya ke mana? hahaha

Aku pernah membaca tulisan seorang teman. Dia bilang, hujan pada malam hari adalah sari-sari rembulan. Buktinya, kalau malam hujan, bulan tinggal sedikit penampakannya, atau bahkan tidak ada…
Semenjak membaca tulisan itu, aku sempat beberapa kali kepikiran. Tentu saja aku tahu itu hanya lelucon. Tapi belakangan, aku jadi benar-benar ingin merepresentasikannya dengan perasaanku saat ini.
Kamu tahu, mengapa semalam tadi langit kosong? Gelap maksimal. Tak ada satupun bintang, apalagi bulan. Aku percaya, rembulan malam itu tengah berkabung. Ia menguap perlahan, menjelma hujan. Semesta basah. Titik-titik air menjelma air mata duka cita. Bintang pun enggan tampak dan pamer cahaya, sebagai bentuk belasungkawa.
Suatu kesalahan, ketika kau malah sengaja keluar rumah. Berdiam diri merenung di beranda. Menengadah mengharap setitik cahaya. Sisa-sisa uap kesedihan rembulanlah yang justru membuatmu pilu semalaman. Menempel dan meresap ke dalam pori-pori tubuhmu. Bersarang dan menjerat erat ketika ia berhasil menemukan jiwamu.
Aku harap, kau tak usah berlama-lama berduka. Karena di sini, ada aku yang sedang tengadah menantikan setitik cahaya...darimu. Datanglah cepat, sebelum uap kesedihan rembulan ikut merasukiku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar