3/07/2013

Kepada Senja I


Mengapa senja yang menjadi umpama? Semburat kemerahan yang datang sebelum surya kembali ke peraduannya. Yang membuat awan-awan menjadi lebih merona dari biasanya. Tapi kehadirannya tak pernah bisa lama-lama.Selalu menghilang saat aku berusaha mengejarnya hingga ke ujung jalan. Ikut tenggelam bersama matahari yang sudah seharian mengemban penat. Tak ada asemburat cahaya. Tak ada rona tersisa.
Pada akhirnya, aku harus mengakui. Ya. Kau memang serupa senja. Datang mengindahkan hari-hariku. Tapi sungguh, tanpa bisa kutahan akau kuhentikan, kau akhirnya harus pergi juga. Tanpa pernah bisa memberiku kesempatan untuk bertanya; mengapa begitu cepat? Tanpa pernah menyiratkan jawaban memuaskan.
Dan semenjak itu, aku jadi candu menyaksikan senja. Sebelum ia datang, aku sudah siaga. Di atas loteng dengan jemuran-jemuran yang belum kering sepenuhnya. Dengan burung-burung yang terbang rendah tak tentu arah. Hingga akhirnya semburat jingga yang akan mengantarkanku pada gelapnya malam itu pun muncul.
Dalam balutan warna merah saga, ia selalu tampak anggun temayun. Dan semesta seperti kehilangan warna aslinya. Bahkan seperti yang kubilang, awan-awan menjadi lebih merona dari biasanya...




__140113__

Tidak ada komentar:

Posting Komentar