5/08/2015

DUNIA BATAS



Itu dia judul dari lukisan pertama gue. Gambar sesederhana itu awalnya dibuat begitu saja tanpa arti. Sampai suatu hari gue pengen ngasih dia nama. Kemudian gue cermati lagi gambarnya. Mungkin kalau orang lain akan melukis apa yang ingin dia ekspresikan lewat gambar, maka gambar gue hanya gambar biasa yang terbentuk dari tangan yang ingin bergerak seenaknya.
Dunia Batas. Bukan nama album Payung Teduh, ya. Hehe... Nama boleh sama, tapi filosofinya boleh lah beda. Ngarang sendiri ini mah.
Lihat kalimat description di blog gue! “Kebebasan itu omong kosong!”. Oh, tentu aja, Sayang. Bagaimana tidak? Gak ada kebebasan yang mutlak di dunia ini. Ada, tapi bukan milik manusia. Kalo kamu gak setuju, maka gue gak peduli. Hehe.
Bahkan sejak membuka mata untuk pertama kali di muka bumi ini, kita tidak bisa bebas memilih ingin lahir dari rahim Siapa. Nah loh. Masih percaya pada kebebasan? Buat gue, kata bebas yang diberi imbuhan ke-an itu hanya omong-kosong-besar.
Kebebasan itu nyata, tapi gak pernah benar-benar nyata sepenuhnya. Akan ada yang namanya batas, baik dari pengaruh luar maupun faktor dari dalam diri kita. Ada yang namanya peraturan. Ada sesuatu yang kita sebut keterbatasan. Ketidakmampuan.
Bangunlah kalian, wahai orang-orang yang masih mengagungkan kalimat pembangkit percaya diri, “Hidup gue terserah gue!”. Kita memegang kemudi atas hidup kita, tapi ada Yang Maha Mengendalikan. Dan itu bukan kita. Bukan!
Kurang lebih itulah yang gue dapatkan setelah melihat lagi lukisan gue. Bukan lukisan yang bagus. Sama sekali bukan. Yang anak SD sekalipun bisa bikin yang lebih bagus. Tapi di sana gue sadar, jika dalam kehidupan yang kita lihat begitu banyak kesamaan, sebenarnya masih banyak yang belum kita tengok di luar sana.

Lingkaran yang kecil, yang lebih besar, mereka terkungkung dalam bilik merah. Segitiga di sana bebas ingin menghadap ke mana, tapi mereka hanya ada di area biru saja. Juga yang lainnya. Andaikata gue gak membuatnya terbagi dalam empat sekat, gambar-gambar di dalamnya tetap akan dibatasi oleh garis pinggir. Jika pun gue sengaja menghilangkan garis pinggirnya, maka ukuran kanvas yang hanya 30x30 cm itu adalah mentok membatasi bagun-bangun di permukaannya. Gue gak pandai menafsirkan gambar. Tapi kurang lebihnya ya gitu yang gue paham.
Silakan, nikmati kebebasan-yang-berbatas yang mengkungkung diri kita dengan bijak. Terkadang, membangun batasan dari peluang bebas dalam hidup justru perlu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar