Ada yang kenal dengan Syauqi Alief Attar?
Gue udah pernah search
nama itu di Om Gugel. Gak nemu informasi yang memuaskan, ah! Pentingkah dia? Hmm, sebenarnya gue cuma
penasaran aja, sih. Atau jangan-jangan, nama itu gak pernah ada. Hanya nama
samaran, atau nama pena.
Kenapa gue nanya si Syauqi itu?
Seperti biasa, kita bertele-tele dulu lah sebentar:
Waktu itu sekitar kelas empat atau lima SD. Karena hanya
memiliki edikit sekali buku bacaan di rumah, maka gue akan membaca apa saja
selama menurut gue isinya menarik. Mulai dari cerpen di koran Minggu, sampai
buku pelajaran SMA milik salah satu kakak sepupu gue.
Khusus untuk buku pelajaran, gue paling senang sama Bahasa
Indonesia karena biasanya memuat beberapa cerpen dan dialog singkat. Ada juga
puisi, yang emang gue seneng banget sampai-sampai gue ngumpulin karangan puisi
gue di salah satu buku khusus. Walaupun dalam membuat puisi gue Cuma bisa bikin
yang standar tanpa banyak makna kias, buat gue itu semua adalah hiburan yang
menyenangkan.
Di antara buku-buku kakak gue yang sering gue kepoin itu, ada
juga majalah bulanan atau mungkin tri wulanan sekolahnya. Isinya macem-macem. Ada
profil guru dan atau murid pilihan, kiriman puisi atau cerpen, dan dari majalah
itu pula untuk pertama kalinya gue tau istilah “anekdot”, hehe...
Gue seneng berlama-lama di rubrik puisi. Ada puisi kiriman
murid, ada pula yang kutipan dari penyair tanah air. Kadang suka berkomentar
sendiri dengan bacaan yang ada di situ. Nah, ada sebuah puisi yang entah
mengapa sampai sekarang bisa gue hapal di luar kepala. Judulnya “Bahasa
Gelombang”. Nama penulisnya, ya itu, si Syauqi Alief Attar itu.
Meski gue belum terlalu paham , tapi menurut gue isinya
memikat. Gue suka sama diksinya. Gaya bahasanya juga. Begini puisinya. Maaf kalo
penggalan kalimatnya salah, soalnya gue cuma inget isinya doang. Hehe
Sudah lelahKe hutan-hutan seorang penyairDikejar diam ke dalam batu-batuEmbun berangkat ke langit-langit dadanyaDan pada rumput, matahari mabukMengguncang darah jam yang tak kunjung pejamDalam simpuh tembang luka mengekalDan di dasar sujud;Gelombang pulang
Ya Allah, Tuhan. Maha Suci Engkau yang menganugerahkan daya
pikir dan kreativitas pada kami; manusia. Selain “Aku” milik Chairil Anwar,
maka Bahasa Gelombang bisa jadi adalah satu lagi puisi yang bisa gue hapal di luar
nalar.
Istimewa. Seolah saya
terbius pada kata-katanya; Merindu
pohon-pohon belukar || Mengguncang
darah jam yang tak kunjung pejam... dan kalimat lain sampai tamat.
Jika ada yang tahu siapa dia, kasih info ke gue ya. Gue penasaran.
Mungkin jaraknya sudah sepuluh tahun sejak pertama kali gue membacanya. Tapi buat
gue, puisi itu selalu terdengar segar. Meski mungkin tak sesegar makna yang
dikandungnya.
Jadi semakin pengen gue masuk sastra, namun semakin nampak
pula bahwa keinginan itu sudah seperti oasis bagi gue yang terdampar di Gurun
Entah-berantah ini :’)
Saya kenal orangnya..
BalasHapushalo, Mbak. sebelumnya terima kasih sudah mampir ;)
Hapusoh, ya? apakah ada link yang bisa saya kunjungi? saya pernah iseng2 mencari dan menemukan https://iamagnostic.wordpress.com/ . apakah yang itu?
thanks ^^